BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Salah satu informasi yang perlu didapat dalam membuat suatu
tata letak pabrik adalah urutan proses, jumlah mesih yang dibutuhkan, dan
kebutuhan rough lumber untuk membuat sandal. Peta kerja yang
digunakan untuk menggambarkan urutan proses, salah satunya adalah OPC atau Operation Process Chart. Tidak kalah pentingnya Part Drawing , dan Assembly
Chart juga sangat perlu diperhitungkan dalam pembangunan sebuah pabrik oleh
konsultan yang dipercaya oleh clien.
Semua kebutuhan anggaran untuk pembuatan suatu pabrik ditentukan oleh
perencanaan yang sempurna. Suatu perencanaan dikatakan sempurna jika seorang
konsultan dapat meminimalisir biaya – biaya yang dibutuhkan. Langkah awal
penentuan pembangunan sebuah pabrik dapat dilihat sebagai barikut:
Ø
Part Drawing (Sketsa Produk)
Ø
Operation Process Chart (OPC)
Ø
Assembly Chart
(AC)
Dalam rangka untuk
mendapatkan suatu perancangan desain yang optimum, maka hal-hal yang harus
diperhatikan adalah faktor-faktor seperti diatas. Aplikasikan secara luas antara lain dalam hal perancangan
areal kerja, perancangan
peralatan kerja seperti mesin, perancangan
produk-produk konsumtif dan perancangan lingkungan kerja fisik.
1.2. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum Perancangan Tata Letak Fasilitas (PTLF) pada
sebagai berikut :
1.
Mengetahui
dimensi produk sandal serta gambaran proses produksi.
2.
Mengetahui
kebutuhan mesin yang dipakai dalam produksi sandal serta waktu yang digunakan
dalam pembuatan sandal.
3.
Mengetahui
komponen – komponen pembentuk sandal
BAB II
Tinjauan pustaka
2.1
OPC (Operation
Process Chart)
Menurut Sutalaksana (1979), operasi proces chart (OPC) merupakan peta yang menggambarkan langkah-langkah proses perakitan
yang akan dialami komponen berikut pemeriksaannya dari awal sampai produk jadi
selesai.
Menurut Gaspersz (2002), struktur produk atau bill of materials (BOM) didefinisikan sebagai cara
komponen-komponen itu bergabung ke dalam suatu produk selama proses
manufakturing. Struktur produk akan menunjukkan bahan baku yang dikonversi ke
dalam komponen-komponen fabrikasi kemudian komponen-komponen itu bergabung
secara bersama untuk membuat sub assemblies, kemudian sub assemblies bergabung
bersama membuat assemblies dan seterusnya sampai produk akhir.
Kebanyakan produk memiliki struktur standar dimana sub
assemblies lebih banyak daripada produk akhir dan komponen daripada sub assemblies (berbentuk segitiga dengan
puncak adalah produk akhir, bagian tengah adalah assemblies dan bagian bawah
adalah komponen dan bahan baku). Ada juga produk yang memiliki struktur modular
seperti mobil dan komputer, dimana lebih sedikit sub assemblies atau modul
dibandingkan dengan produk akhir (berbentuk dua buah segitiga dengan dua buah
puncak bertemu di tengah dengan bagian atas adalah produk akhir, bagian tengah
adalah assemblies dan bagian bawah
adalah komponen dan bahan baku)
Menurut Sutalaksana (1979), struktur produk yang terakhir
adalah struktur inverted. Pada struktur ini sub assemblies lebih sedikit
dibandingkan dengan produk akhir, dan lebih sedikit komponen dan bahan baku
dibandingkan subassemblies (berbentuk segitiga terbalik, dengan bagian atas
adalah produk akhir, bagian tengah adalah assemblies dan bagian bawah adalah
komponen dan bahan baku).
Menurut mohamad rivani (2011) Definisi OPC Operation Process
Chart adalah diagram
yang
menggambarkan langkah-langkah
proses pengerjaan material,
mulai dari bahan
baku (material) hingga
menjadi komponen atau produk jadi. OPC
memuat informasi-informasi yang
diperlukan untuk analisis
lebih lanjut waktu yang dihabiskan,
material yang digunakan, dan tempat atau mesin yang dipakai untuk memproses
material. Jadi, dalam
suatu Operation Process Chart
yang dicatat hanyalah kegiatan-kegiatan operasi dan
pemeriksaan, terkadang pada
akhir operasi dicantumkan
kegiatan penyimpanan.
Manfaat OPC
1. Untuk mengetahui kebutuhan mesin dan
penganggarannya
2. Untuk memperkirakan kebutuhan bahan baku
3. Salah satu alat untuk menentukan tataletak
pabrik
4. Salah satu alat untuk melakukan perbaikan cara kerja
yang sedang berlaku
5. Sebagai alat untuk latihan kerja.
Prinsip-prinsip Penyusunan OPC
1. Pada
baris paling atas terdapat
kepala peta “Operation
Process Chart”, dan identifikasi lain:
nama objek yang
dipetakan, nama pembuat
peta, tanggal dipetakan, cara
lama atau cara sekarang, nomor peta, dan nomor gambar.
2. Material
yang akan diproses
diletakkan di atas
garis horizontal, untuk
menunjukkan bahwa material tersebut masuk ke dalam proses.
3. Lambang-lambang ditempatkan
dalam arah vertikal,
yang menunjukkan terjadinya
perubahan proses.
4. Penomoran
terhadap suatu kegiatan
operasi diberikan secara
berurutan, sesuai dengan urutan
operasi yang dibutuhkan
untuk pembuatan produk
tersebut, atau sesuai dengan
proses yang terjadi.
5. Penomoran
terhadap suatu kegiatan
inspeksi diberikan secara
tersendiri dan prinsipnya sama
dengan penomoran untuk kegiatan operasi.
6. Pada bagian bawah OPC dibuat ringkasan yang
memuat informasi: jumlah operasi, jumlah inspeksi, serta jumlah waktu yang
diperlukan.
Dalam
setiap peta proses operasi kegiatan dalam bentuk lambang atau simbol yang telah
dibakukan adalah sebagai berikut:
1.
Operasi
Yaitu suatu kegiatan operasi yang terjadi apabila benda kerja
mengalami perubahan sifat, baik fisik maupun kimiawinya. Operasi merupakan
kegiatan yang paling banyak terjadi dalam suatu proses yang biasanya terjadi di
suatu mesin atau stasiun kerja.
Contoh:
membuat benda dengan mesin bubut, mengecat benda kerja dan merakit benda kerja.
2.
Pemeriksaan (Inspeksi)
Yaitu suatu kegiatan pemeriksaan terhadap benda kerja atau
peralatan, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Lambing ini digunakan
untuk melakukan pemeriksaan terhadap suatu objek tertentu agar sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan.
Contoh:
mengukur dimensi benda kerja sesuai spec, memeriksa warna benda dan merakit
benda kerja.
3.
Aktifitas gabungan
Yaitu suatu kegiatan yang terjadi apabila aktivitas operasi
dan pemeriksaan dilakukan secara bersamaanatau pada satu tempat benda.
Contoh:
memeriksa benda kerja kemudian dimasukkan kedalam box karton.
4.
Penyimpanan
Yaitu suatu kegiatan menyimpan benda kerja untuk waktu yang
cukup lama. Jika benda kerja tersebut akan diambil kembali biasanya melakukan
prosedur perizinan tertentu.
Contoh
: bahan baku yang disimpan dalam gudang dan menyimpan benda kerja hasil
produksi.
Peta proses operasi (OPC) akan menunjukkan langkah-langkah
secara kronologis dari semua operasi inspeksi, waktu longgar dan bahan baku yang digunakan dalam suatu proses
manufaktur yaitu mulai dari datangnya bahan baku sampai ke proses pembungkusan (packing) dari produk jadi yang
dihasilkan. Peta ini akan
melukiskan
peta operasi dari seluruh komponen-komponen dan
sub assembly sampai menuju
main assembly.
Peta proses operasi (OPC) termasuk ke dalam kategori peta
kerja yang digunakan untuk menganalisa kegiatan ker ja keseluruhan. OPC termasuk
ke dalam peta untuk kegiatan kerja keseluruhan kar ena kegiatan tersebut
melibatkan sebagian besar atau semua fasilitas yang diperlukan untuk membuat
produk yang bersangkutan. Sedangkan peta kerja untuk kegiatan kerja setemp at
terjadi ap abila ke giatan tersebut berlan gsun g dalam suatu stasiun kerja
yang biasanya hanya melibatkan orang dan fasilitas dalam jumlah terbatas. Peta proses operasi merupakan suatu diagram
yang menggambarkan langkah-langkah proses
yang akan dialami bahan-bahan baku mengenai urutan-urutan operasi dan pemeriksaan. Sejak dari awal sampai menjadi
produk jadi utuh maupun sebagai komponen, dan juga memuat informasi-informasi
yang diperlukan untuk analisa lebih lanjut, seperti: waktu yang
dihabiskan, material yang digunakan, dan
tempat atau alat atau mesin yang
dipakai.
Peta Rakitan (Assembly Chart) belum
menjelaskan lebih terperinci mengenai urutan produksi yang dilalui oleh suatu
produk. Oleh karena itu perlu dibuat dengan menggunakan Operation Process
Chart (OPC) dimana peta ini memperluas peta rakitan dengan menambahkan
setiap operasi ke dalam gambaran grafis dari pola aliran pertama yang telah
dikembangkan.
Operation Process Chart (OPC) adalah salah
satu teknik yang paling berguna dalam perencanaan produksi. Kenyatannya peta
ini adalah gambaran tentang proses, dan telah digunakan dalam bebagai cara
sebagai alat perencanaan dan pengendalian. Dengan tambahan data lain, peta ini
dapat digunakan sebagai alat manajemen.
Beberapa keuntungan dan kegunaan dari Operation Process
Chart (OPC) ini adalah sebagai berikut :
1. Mengkombinasikan lintasan produksi
dan peta rakitan sehingga memberikan informasi yang lebih lengkap.
2. Menunjukkan operasi yang harus
dilakukan untuk tiap komponen.
3. Menunjukkan urutan operasi pada tiap
komponen.
4. Menunjukkan urutan fabrikasi dan
rakitan dari tiap komponen.
5. Menunjukkan kerumitan nisbi dari
fabrikasi tiap komponen.
6. Menunjukkan hubungan antar komponen
7.Menunjukkan panjang nisbi dari lintas
fambikasi dan ruang yang dibutuhkannya.
8. Menunjukkan titik tempat komponen memasuki proses.
9. Menunjukkan tingkat kebutuhan sebuah rakitan-bagian.
10. Membedakan antara komponen yang
dibuat dengan yang dibeli.
11. Membantu perencanaan tempat kerja
mandiri.
12. Menunjukkan jumlah pekerja yang
dibutuhkan.
13. Menunjukkan secara nisbi
konsentrasi mesin, peralatan dan pekerja.
14. Menunjukkan sifat pola aliran
bahan.
15. Menunjukkan sifat masalah
penanganan bahan.
16. Menunjukkan kesulitan-kesulitan
yang mungkin timbul dalam aliran produksi.
17. Mencatat proses pembuatan untuk
diperlihatkan pada bagian lain.
Standar pengerjaan Peta
Proses Operasi adalah:
1. Pilih komponen pertama yang akan
digambarkan, jika peta akan digunakan sebagai dasar bagi sebuah jalur rakitan
bagian yang mempunyai komponen paling banyak sebaiknya dipilih pertama kali,
mulai dari sudut kanan kertas, catat operasi rakitan. Komponen-komponen yang
dibeli dalam keadaan jadi digambarkan dengan garis pendek ke kiri.
2. Jika semua operasi rakitan dan
pemeriksaan pada bagian utama sudah masuk, lanjutkan ke operasi fabrikasi,
dalam urutan terbalik, gambarkan garis mendatar pada bagian kanan atas peta ke
kanan, untuk menuliskan bahan baku, uraian tentang bahan langsung dicatat pada
garis tersebut yang dapat dibuat selengkap-lengkapnya.
3. Ke sebelah kanan dari lambang
operasi, buat uraian operasi, waktu penyelesain pekerjaan, dll.
4. Cirikan komponen terakhir pada
operasi tersebut. Gambar garis mendatar jauh ke kiri, tunjukkan dengan
lingkaran 12 mm untuk operasi dan segi empat untuk pemeriksaan dalam urutan
terbalik kearah atas. Masukkan nomor operasi dari lintasan produksi tersebut.
5. Lanjutkan sampai semua komponen
terselesaikan dipetakan, baik komponen yang dibuat dan yang dibeli harus tercantum
di dalam peta.
6. Rakitan bagian digambarkan
sedemikian rupa seperti cara pada peta rakitan.
7.
Periksa peta dengan dokumen barang dan lintasan produksi untuk menjamin
agar tidak ada bagian
atau operasi yang luput.
Gambar 2.1 Operation Process Chart
Ada empat hal yang perlu
diperhatikan atau dipertimbangkan agar diperoleh suatu proses kerja yang baik
melalui analisa peta proses operasi yaitu analisa terhadap bahan-bahan, operasi
pemeriksaan dan terhadap waktu penyelesaian suatu proses. Keempat hal tersebut
di atas, dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Bahan-bahan
Kita harus mempertimbangkan semua alternatif dari bahan
yang digunakan, proses penyelesaian dan toleransi sedemikian rupa sehingga
sesuai dengan fungsi, realibilitas pelayanan dan waktunya.
b. Operasi
Juga dalam hal ini harus dipertimbangkan mengenai semua
alternatif yang mungkin untuk proses pengolahan, pembuatan, pengerjaan dengan
mesin atau metode perakitannya, beserta alat-alat dan perlengkapannya yang
digunakan. Perbaikan yang mungkin bisa dilakukan misalnya: dengan
menghilangkan, menggabungkan, merubah atau menyederhanakan operasi-operasi yang
terjadi.
c. Pemeriksaan
Dalam hal ini kita harus mempunyai standar kualitas. Suatu
objek dikatakan memenuhi syarat kualitasnya jika setelah dibandingkan dengan
standar ternyata lebih baik atau minimal sama. Proses pemeriksaan bisa
dilakukan dengan teknik samping atau satu persatu dari semua objek yang dibuat
tentunya cara yang terakhir tersebut dilaksanakan apabila jumlah produksinya
sedikit.
d. Waktu
Untuk mempersingkat waktu penyelesaian, kita harus
mempertimbangkan semua alternatif mengenai metoda, peralatan dan tentunya
penggunaan perlengkapan-perlengkapan khusus.
Dari
Peta Proses Operasi yang telah selesai terlihat bahwa pola aliran yang tetap
mulai terbentuk dan dengan sedikit imajinasi, tata letak akan mulai terbayang
oleh perancang fasilitas. Peta Proses Operasi juga dapat memperlihatkan
komponen-komponen yang menimbulkan masalah terbesar dalam perencanaan dan
komponen yang tidak terlalu penting.
Selain itu Peta Proses Operasi juga akan menunjukkan bagian
mana yang erat kaitannya dengan yang lain dan dengan demikian harus dibuat
dalam wilayah yang berdekatan. Dilain pihak, Peta Proses Operasi akan menjadi
kurang berarti jika dibuat untuk produk yang mengandung jumlah komponen yang
besar.
2.2 Peta Rakitan (Assembly
Chart)
Peta Rakitan adalah gambaran grafis dari
urutan-urutan aliran komponen dan rakitan-bagian (sub assembly) ke
rakitan suatu produk. Akan terlihat bahwa peta rakitan menunjukkan cara yang
mudah untuk memahami :
1. Komponen-komponen
yang membentuk produk
2. Bagaimana
komponen-komponen ini bergabung bersama
3. Komponen yang
menjadi bagian suatu rakitan-bagian
4. Aliran komponen
ke dalam sebuah rakitan
5. Keterkaitan
antara komponen dengan rakitan-bagian
6. Gambaran
menyeluruh dari proses rakitan
7. Urutan waktu
komponen bergabung bersama
8. Suatu gambaran
awal dari pola aliran bahan
Standar
Pengerjaan dari Assembly Chart adalah sebagai berikut [Apple,1990, hal
139] :
1. Operasi
terakhir yang menunjukkan rakitan suatu produk digambarkan dengan lingkaran
berdiameter 12 mm dan harus dituliskan operasi itu di sebelah kanan lingkaran
tersebut.
2. Gambarkan
garis mendatar dari lingkaran kearah kiri, tempatkan lingkaran berdiameter 6 mm
pada bagian ujungnya, tunjukkan setiap komponen (nama, nomor komponen, jumlah,
dsb) yang dirakit pada proses tersebut.
3. Jika
yang dihadapi adalah rakitan-bagian, maka buat garis tadi sebagian dan akhiri
dengan lingkaran berdiameter 9 mm, garis yang menunjukkan komponen mandiri
harus ditarik ke sebelah kiri dan diakhiri dengan diameter 6 mm.
4. Jika
operasi rakitan terakhir dan komponen-komponennya selesai dicatat, gambarkan
garis tegak pendek dari garis lingkaran 9 mm ke atas, memasuki lingkaran 12 mm
yang menunjukkan operasi rakitan sebelum operasi rakitan yang telah digambarkan
pada langkah 2 dan langlah 3.
5. Periksa
kembali peta tersebut untuk meyakinkan bahwa seluruh komponen telah tercantum,
masukkan nomer-nomor operasi rakitan bagian ke dalam lingkaran (jika perlu),
komponen yang terdaftar di sebelah kiri diberi nomor urut dari atas ke bawah
bagian sub assembly.
Gambar 2.2 Assembly
Chart
Lingkaran yang menunjukkan rakitan atau
rakitan-bagian tidak selalu harus menunjukkan lintasan stasiun kerja atau
lintasan rakitan atau bahkan lintasan orang, tapi hanya benar-benar menunjukkan
urutan operasi yang harus dikerjakan. Waktu yang diperlukan oleh tiap operasi
akan menentukan akan menetukan apa yang harus dilakukan operator.
Tujuan utama dari peta rakitan adalah untuk menunjukkan
keterkaitan antara komponen, yang dapat juga digambarkan oleh sebuah
‘gambar-terurai’. Teknik-teknik ini dapat juga digunakan untuk mengajar pekerja
yang tidak ahli untuk mengetahui urutan suatu rakitan yang rumit. Assembly Chart merupakan diagram
yang menggambarkan hubungan antara
komponen-komponen yang akan dirakit menjadi sebuah produk. Assembly Chart bermanfaat untuk menunjukkan komponen penyusun suatu
produk dan menjelaskan urutan perakitan komponen-komponen tersebut.
Urutan Pembuatan Tools Perencanaan Proses
1.
Pembuatan tools perencanaan proses yang
pertama adalah pembuatan Assembly Chart
(AC), kemudian pembuatan Precedence
Diagram (PD). Pembuatan AC dilakukan sebelum PD karena PD dibuat
berdasarkan AC. Penulisan keterangan pada PD pun, pada bagian-bagian yang telah
diassembly, mengikuti penamaan pada
AC (contoh: S9A1).
2. Bersamaan
dengan pembuatan AC dan PD, dilakukan pembuatan Multilevel Tree, kemudian baru Bill of Material (BOM). Pembuatan BOM setelah Multilevel Tree, karena dari
pembuatan Multilevel Tree kita dapat
menentukan penomoran dan level part,
untuk menentukan posisi suatu komponen pada Multilevel
BOM, karena komponen yang semakin besar nilai levelnya, penulisan pada
Multilevel BOM-nya semakin menjorok ke dalam.
3. Pembuatan
Lembar Rencana Proses (LRP) dapat dilakukan sebelum, setelah, maupun
berbarengan dengan proses-proses di atas, karena pembuatannya tidak saling
berhubungan. Setelah semuanya, baru dibuat Operation
Process Chart (OPC). Karena OPC memuat
informasi tentang urutan-urutan proses pembuatan komponen yang terdapat pada
LRP, dan juga daftar komponen dan urutan perakitan yang bisa didapat dari BOM,
AC, dan PD.
Aktifitas dalam perusahaan diusahaan
agar dapat terjadi kesinambungan maka perlu dokumentasi yangmemadai, oleh
karena itu dokumentasi produksi perlu sekali dilakukan dalam program
pengembangan produk. Adapun dokumentasi yang lazim dilakukan antara lain:
1. Gambar Perakitan (Assembly Drawing) yaitu pandangan produk
yang dilepas masing-masing komponenya biasanya melalui gambar tiga dimensi atau
isometris.
2. Diagram Perakitan (Assembly Chart) yaitu sebuah grafik
sebagai jalan untuk menerangkan bagaimana komponen mengalir menjadi sub
perakitan dan akhirnya menjadi produk jadi.
3. Lembar Rute (Route Sheet) yaitu merupakan daftar operasi yang dibutuhkan untuk
memproduksi komponen dengan bahan yang dirinci dalam bill of material.
4. Perintah Kerja (Work Order) yaitu sebuah instruksi untuk membuat sejumlah kuantitas
produk tertentu biasanya untuk jadwal tertentu.
5. Engineering
Change Notices (ECN) yaitu sebuah perbaikan atau perubahan dari gambar
teknik atau bill of material.
6. Manajemen Konfigurasi (Configuration Management) yaitu suatu
system dimana sebuah produk direncanakan dan perubahan konfigurasi
diidentifikasi secara akurat sementara pengendalian dan pertanggung jawaban
suatu perubahan tetap terjaga.