12/23/2012

Part Drawing (Sketsa Produk) Operation Process Chart (OPC) Assembly Chart (AC)



BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Salah satu informasi yang perlu didapat dalam membuat suatu tata letak pabrik adalah urutan proses, jumlah mesih yang dibutuhkan, dan kebutuhan rough lumber untuk membuat sandal. Peta kerja yang digunakan untuk menggambarkan urutan proses, salah satunya adalah OPC atau Operation Process Chart. Tidak kalah pentingnya Part Drawing , dan Assembly Chart juga sangat perlu diperhitungkan dalam pembangunan sebuah pabrik oleh konsultan yang dipercaya oleh clien. Semua kebutuhan anggaran untuk pembuatan suatu pabrik ditentukan oleh perencanaan yang sempurna. Suatu perencanaan dikatakan sempurna jika seorang konsultan dapat meminimalisir biaya – biaya yang dibutuhkan. Langkah awal penentuan pembangunan sebuah pabrik dapat dilihat sebagai barikut:
Ø         Part Drawing (Sketsa Produk)
Ø         Operation Process Chart (OPC)
Ø         Assembly Chart  (AC)
Dalam rangka untuk mendapatkan suatu perancangan desain yang optimum, maka hal-hal yang harus diperhatikan adalah faktor-faktor seperti diatas. Aplikasikan secara luas antara lain dalam hal perancangan areal kerja, perancangan peralatan kerja seperti mesin, perancangan produk-produk konsumtif dan perancangan lingkungan kerja fisik.

1.2. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum Perancangan Tata Letak Fasilitas (PTLF) pada sebagai berikut :
1.    Mengetahui dimensi produk sandal serta gambaran proses produksi.
2.    Mengetahui kebutuhan mesin yang dipakai dalam produksi sandal serta waktu yang digunakan dalam pembuatan sandal.
3.    Mengetahui komponen – komponen pembentuk sandal


BAB II
Tinjauan pustaka

2.1  OPC (Operation Process Chart)
Menurut Sutalaksana (1979), operasi proces chart (OPC) merupakan peta yang menggambarkan langkah-langkah proses perakitan yang akan dialami komponen berikut pemeriksaannya dari awal sampai produk jadi selesai.
Menurut Gaspersz (2002), struktur produk atau bill of materials (BOM) didefinisikan sebagai cara komponen-komponen itu bergabung ke dalam suatu produk selama proses manufakturing. Struktur produk akan menunjukkan bahan baku yang dikonversi ke dalam komponen-komponen fabrikasi kemudian komponen-komponen itu bergabung secara bersama untuk membuat sub assemblies, kemudian sub assemblies bergabung bersama membuat assemblies dan seterusnya sampai produk akhir.
Kebanyakan produk memiliki struktur standar dimana sub assemblies lebih banyak daripada produk akhir dan komponen daripada sub assemblies (berbentuk segitiga dengan puncak adalah produk akhir, bagian tengah adalah assemblies dan bagian bawah adalah komponen dan bahan baku). Ada juga produk yang memiliki struktur modular seperti mobil dan komputer, dimana lebih sedikit sub assemblies atau modul dibandingkan dengan produk akhir (berbentuk dua buah segitiga dengan dua buah puncak bertemu di tengah dengan bagian atas adalah produk akhir, bagian tengah adalah assemblies dan bagian bawah adalah komponen dan bahan baku)
Menurut Sutalaksana (1979), struktur produk yang terakhir adalah struktur inverted. Pada struktur ini sub assemblies lebih sedikit dibandingkan dengan produk akhir, dan lebih sedikit komponen dan bahan baku dibandingkan subassemblies (berbentuk segitiga terbalik, dengan bagian atas adalah produk akhir, bagian tengah adalah assemblies dan bagian bawah adalah komponen dan bahan baku).
Menurut mohamad rivani (2011) Definisi OPC Operation  Process  Chart  adalah  diagram  yang  menggambarkan  langkah-langkah proses  pengerjaan  material,  mulai  dari  bahan  baku  (material)  hingga  menjadi komponen atau produk jadi. OPC  memuat  informasi-informasi  yang  diperlukan  untuk  analisis  lebih  lanjut waktu yang dihabiskan, material yang digunakan, dan tempat atau mesin yang dipakai untuk memproses material.  Jadi,  dalam  suatu  Operation  Process  Chart  yang  dicatat hanyalah  kegiatan-kegiatan  operasi  dan  pemeriksaan,  terkadang  pada  akhir  operasi dicantumkan kegiatan penyimpanan. 

Manfaat OPC
1.  Untuk mengetahui kebutuhan mesin dan penganggarannya
2.  Untuk memperkirakan kebutuhan bahan baku
3.  Salah satu alat untuk menentukan tataletak pabrik 
4.  Salah satu alat untuk melakukan perbaikan cara kerja yang sedang berlaku
5.  Sebagai alat untuk latihan kerja.

Prinsip-prinsip Penyusunan OPC
1.  Pada  baris  paling  atas  terdapat  kepala  peta  Operation  Process  Chart”,  dan identifikasi  lain:  nama  objek  yang  dipetakan,  nama  pembuat  peta,  tanggal dipetakan, cara lama atau cara sekarang, nomor peta, dan nomor gambar.
2.  Material  yang  akan  diproses  diletakkan  di  atas  garis  horizontal,  untuk  menunjukkan bahwa material tersebut masuk ke dalam proses.
3.  Lambang-lambang  ditempatkan  dalam  arah  vertikal,  yang menunjukkan  terjadinya perubahan proses.
4.  Penomoran  terhadap  suatu  kegiatan  operasi  diberikan  secara  berurutan,  sesuai dengan  urutan  operasi  yang  dibutuhkan  untuk  pembuatan  produk  tersebut,  atau sesuai dengan proses yang terjadi.
5.  Penomoran  terhadap  suatu  kegiatan  inspeksi  diberikan  secara  tersendiri  dan prinsipnya sama dengan penomoran untuk kegiatan operasi. 
6.  Pada bagian bawah OPC dibuat ringkasan yang memuat informasi: jumlah operasi, jumlah inspeksi, serta jumlah waktu yang diperlukan.




Dalam setiap peta proses operasi kegiatan dalam bentuk lambang atau simbol yang telah dibakukan adalah sebagai berikut:
1.    Operasi
Yaitu suatu kegiatan operasi yang terjadi apabila benda kerja mengalami perubahan sifat, baik fisik maupun kimiawinya. Operasi merupakan kegiatan yang paling banyak terjadi dalam suatu proses yang biasanya terjadi di suatu mesin atau stasiun kerja.
Contoh: membuat benda dengan mesin bubut, mengecat benda kerja dan merakit benda kerja.
2. Pemeriksaan (Inspeksi)
Yaitu suatu kegiatan pemeriksaan terhadap benda kerja atau peralatan, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Lambing ini digunakan untuk melakukan pemeriksaan terhadap suatu objek tertentu agar sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Contoh: mengukur dimensi benda kerja sesuai spec, memeriksa warna benda dan merakit benda kerja.
3. Aktifitas gabungan
Yaitu suatu kegiatan yang terjadi apabila aktivitas operasi dan pemeriksaan dilakukan secara bersamaanatau pada satu tempat benda.
Contoh: memeriksa benda kerja kemudian dimasukkan kedalam box karton.
4. Penyimpanan
Yaitu suatu kegiatan menyimpan benda kerja untuk waktu yang cukup lama. Jika benda kerja tersebut akan diambil kembali biasanya melakukan prosedur perizinan tertentu.
Contoh : bahan baku yang disimpan dalam gudang dan menyimpan benda kerja hasil produksi.
Peta proses operasi (OPC) akan menunjukkan langkah-langkah secara kronologis dari semua operasi inspeksi, waktu longgar dan  bahan baku yang digunakan dalam suatu proses manufaktur yaitu mulai dari datangnya bahan baku sampai ke proses pembungkusan (packing) dari produk jadi yang dihasilkan. Peta ini akan
melukiskan peta operasi dari seluruh komponen-komponen dan  sub assembly  sampai menuju  main assembly.
Peta proses operasi (OPC) termasuk ke dalam kategori peta kerja yang digunakan untuk menganalisa kegiatan ker ja keseluruhan. OPC termasuk ke dalam peta untuk kegiatan kerja keseluruhan kar ena kegiatan tersebut melibatkan sebagian besar atau semua fasilitas yang diperlukan untuk membuat produk yang bersangkutan. Sedangkan peta kerja untuk kegiatan kerja setemp at terjadi ap abila ke giatan tersebut berlan gsun g dalam suatu stasiun kerja yang biasanya hanya melibatkan orang dan fasilitas dalam jumlah terbatas.  Peta proses operasi merupakan suatu diagram yang menggambarkan  langkah-langkah proses yang akan dialami bahan-bahan baku mengenai  urutan-urutan operasi dan pemeriksaan. Sejak dari awal sampai menjadi produk jadi utuh maupun sebagai komponen, dan juga memuat informasi-informasi yang diperlukan untuk analisa lebih lanjut, seperti: waktu yang dihabiskan,  material yang digunakan, dan tempat atau alat atau  mesin yang dipakai.
Peta Rakitan (Assembly Chart) belum menjelaskan lebih terperinci mengenai urutan produksi yang dilalui oleh suatu produk. Oleh karena itu perlu dibuat dengan menggunakan Operation Process Chart (OPC) dimana peta ini memperluas peta rakitan dengan menambahkan setiap operasi ke dalam gambaran grafis dari pola aliran pertama yang telah dikembangkan.
Operation Process Chart (OPC) adalah salah satu teknik yang paling berguna dalam perencanaan produksi. Kenyatannya peta ini adalah gambaran tentang proses, dan telah digunakan dalam bebagai cara sebagai alat perencanaan dan pengendalian. Dengan tambahan data lain, peta ini dapat digunakan sebagai alat manajemen.
Beberapa keuntungan dan kegunaan dari Operation Process Chart (OPC) ini adalah sebagai berikut :
1. Mengkombinasikan lintasan produksi dan peta rakitan sehingga memberikan informasi yang lebih lengkap.
2. Menunjukkan operasi yang harus dilakukan untuk tiap komponen.
3. Menunjukkan urutan operasi pada tiap komponen.
4. Menunjukkan urutan fabrikasi dan rakitan dari tiap komponen.
5. Menunjukkan kerumitan nisbi dari fabrikasi tiap komponen.
6. Menunjukkan hubungan antar komponen
7.Menunjukkan panjang nisbi dari lintas fambikasi dan ruang yang dibutuhkannya.
8.  Menunjukkan titik tempat komponen memasuki proses.
9.  Menunjukkan tingkat kebutuhan sebuah rakitan-bagian.
10. Membedakan antara komponen yang dibuat dengan yang dibeli.
11. Membantu perencanaan tempat kerja mandiri.
12. Menunjukkan jumlah pekerja yang dibutuhkan.
13. Menunjukkan secara nisbi konsentrasi mesin, peralatan dan pekerja.
14. Menunjukkan sifat pola aliran bahan.
15. Menunjukkan sifat masalah penanganan bahan.
16. Menunjukkan kesulitan-kesulitan yang mungkin timbul dalam aliran produksi.
17. Mencatat proses pembuatan untuk diperlihatkan pada bagian lain.

Standar pengerjaan Peta Proses Operasi adalah:
1. Pilih komponen pertama yang akan digambarkan, jika peta akan digunakan sebagai dasar bagi sebuah jalur rakitan bagian yang mempunyai komponen paling banyak sebaiknya dipilih pertama kali, mulai dari sudut kanan kertas, catat operasi rakitan. Komponen-komponen yang dibeli dalam keadaan jadi digambarkan dengan garis pendek ke kiri.
2. Jika semua operasi rakitan dan pemeriksaan pada bagian utama sudah masuk, lanjutkan ke operasi fabrikasi, dalam urutan terbalik, gambarkan garis mendatar pada bagian kanan atas peta ke kanan, untuk menuliskan bahan baku, uraian tentang bahan langsung dicatat pada garis tersebut yang dapat dibuat selengkap-lengkapnya.
3. Ke sebelah kanan dari lambang operasi, buat uraian operasi, waktu penyelesain pekerjaan, dll.
4. Cirikan komponen terakhir pada operasi tersebut. Gambar garis mendatar jauh ke kiri, tunjukkan dengan lingkaran 12 mm untuk operasi dan segi empat untuk pemeriksaan dalam urutan terbalik kearah atas. Masukkan nomor operasi dari lintasan produksi tersebut.
5. Lanjutkan sampai semua komponen terselesaikan dipetakan, baik komponen yang dibuat dan yang dibeli harus tercantum di dalam peta.
6. Rakitan bagian digambarkan sedemikian rupa seperti cara pada peta rakitan.
7. Periksa peta dengan dokumen barang dan lintasan produksi untuk menjamin
agar tidak ada bagian atau operasi yang luput.



 










Gambar 2.1 Operation Process Chart

Ada empat hal yang perlu diperhatikan atau dipertimbangkan agar diperoleh suatu proses kerja yang baik melalui analisa peta proses operasi yaitu analisa terhadap bahan-bahan, operasi pemeriksaan dan terhadap waktu penyelesaian suatu proses. Keempat hal tersebut di atas, dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Bahan-bahan
Kita harus mempertimbangkan semua alternatif dari bahan yang digunakan, proses penyelesaian dan toleransi sedemikian rupa sehingga sesuai dengan fungsi, realibilitas pelayanan dan waktunya.
b. Operasi
Juga dalam hal ini harus dipertimbangkan mengenai semua alternatif yang mungkin untuk proses pengolahan, pembuatan, pengerjaan dengan mesin atau metode perakitannya, beserta alat-alat dan perlengkapannya yang digunakan. Perbaikan yang mungkin bisa dilakukan misalnya: dengan menghilangkan, menggabungkan, merubah atau menyederhanakan operasi-operasi yang terjadi.
c. Pemeriksaan
Dalam hal ini kita harus mempunyai standar kualitas. Suatu objek dikatakan memenuhi syarat kualitasnya jika setelah dibandingkan dengan standar ternyata lebih baik atau minimal sama. Proses pemeriksaan bisa dilakukan dengan teknik samping atau satu persatu dari semua objek yang dibuat tentunya cara yang terakhir tersebut dilaksanakan apabila jumlah produksinya sedikit.
d. Waktu
Untuk mempersingkat waktu penyelesaian, kita harus mempertimbangkan semua alternatif mengenai metoda, peralatan dan tentunya penggunaan perlengkapan-perlengkapan khusus.
Dari Peta Proses Operasi yang telah selesai terlihat bahwa pola aliran yang tetap mulai terbentuk dan dengan sedikit imajinasi, tata letak akan mulai terbayang oleh perancang fasilitas. Peta Proses Operasi juga dapat memperlihatkan komponen-komponen yang menimbulkan masalah terbesar dalam perencanaan dan komponen yang tidak terlalu penting.
Selain itu Peta Proses Operasi juga akan menunjukkan bagian mana yang erat kaitannya dengan yang lain dan dengan demikian harus dibuat dalam wilayah yang berdekatan. Dilain pihak, Peta Proses Operasi akan menjadi kurang berarti jika dibuat untuk produk yang mengandung jumlah komponen yang besar.

2.2 Peta Rakitan (Assembly Chart)
Peta Rakitan adalah gambaran grafis dari urutan-urutan aliran komponen dan rakitan-bagian (sub assembly) ke rakitan suatu produk. Akan terlihat bahwa peta rakitan menunjukkan cara yang mudah untuk memahami :
1. Komponen-komponen yang membentuk produk
2. Bagaimana komponen-komponen ini bergabung bersama
3. Komponen yang menjadi bagian suatu rakitan-bagian
4. Aliran komponen ke dalam sebuah rakitan
5. Keterkaitan antara komponen dengan rakitan-bagian
6. Gambaran menyeluruh dari proses rakitan
7. Urutan waktu komponen bergabung bersama
8. Suatu gambaran awal dari pola aliran bahan
Standar Pengerjaan dari Assembly Chart adalah sebagai berikut [Apple,1990, hal 139] :
1. Operasi terakhir yang menunjukkan rakitan suatu produk digambarkan dengan lingkaran berdiameter 12 mm dan harus dituliskan operasi itu di sebelah kanan lingkaran tersebut.
2. Gambarkan garis mendatar dari lingkaran kearah kiri, tempatkan lingkaran berdiameter 6 mm pada bagian ujungnya, tunjukkan setiap komponen (nama, nomor komponen, jumlah, dsb) yang dirakit pada proses tersebut.
3. Jika yang dihadapi adalah rakitan-bagian, maka buat garis tadi sebagian dan akhiri dengan lingkaran berdiameter 9 mm, garis yang menunjukkan komponen mandiri harus ditarik ke sebelah kiri dan diakhiri dengan diameter 6 mm.
4. Jika operasi rakitan terakhir dan komponen-komponennya selesai dicatat, gambarkan garis tegak pendek dari garis lingkaran 9 mm ke atas, memasuki lingkaran 12 mm yang menunjukkan operasi rakitan sebelum operasi rakitan yang telah digambarkan pada langkah 2 dan langlah 3.
5. Periksa kembali peta tersebut untuk meyakinkan bahwa seluruh komponen telah tercantum, masukkan nomer-nomor operasi rakitan bagian ke dalam lingkaran (jika perlu), komponen yang terdaftar di sebelah kiri diberi nomor urut dari atas ke bawah bagian sub assembly.




Gambar 2.2 Assembly Chart
Lingkaran yang menunjukkan rakitan atau rakitan-bagian tidak selalu harus menunjukkan lintasan stasiun kerja atau lintasan rakitan atau bahkan lintasan orang, tapi hanya benar-benar menunjukkan urutan operasi yang harus dikerjakan. Waktu yang diperlukan oleh tiap operasi akan menentukan akan menetukan apa yang harus dilakukan operator.
Tujuan utama dari peta rakitan adalah untuk menunjukkan keterkaitan antara komponen, yang dapat juga digambarkan oleh sebuah ‘gambar-terurai’. Teknik-teknik ini dapat juga digunakan untuk mengajar pekerja yang tidak ahli untuk mengetahui urutan suatu rakitan yang rumit. Assembly Chart merupakan diagram yang menggambarkan hubungan antara komponen-komponen yang akan dirakit menjadi sebuah produk. Assembly Chart bermanfaat untuk menunjukkan komponen penyusun suatu produk dan menjelaskan urutan perakitan komponen-komponen tersebut.

Urutan Pembuatan Tools Perencanaan Proses
1. Pembuatan tools perencanaan proses yang pertama adalah pembuatan Assembly Chart (AC), kemudian pembuatan Precedence Diagram (PD). Pembuatan AC dilakukan sebelum PD karena PD dibuat berdasarkan AC. Penulisan keterangan pada PD pun, pada bagian-bagian yang telah diassembly, mengikuti penamaan pada AC (contoh: S9A1).
2.  Bersamaan dengan pembuatan AC dan PD, dilakukan pembuatan Multilevel Tree, kemudian baru Bill of Material (BOM). Pembuatan BOM setelah Multilevel Tree, karena dari pembuatan Multilevel Tree kita dapat menentukan penomoran dan level part, untuk menentukan posisi suatu komponen pada Multilevel BOM, karena komponen yang semakin besar nilai levelnya, penulisan pada Multilevel BOM-nya semakin menjorok ke dalam.
3.  Pembuatan Lembar Rencana Proses (LRP) dapat dilakukan sebelum, setelah, maupun berbarengan dengan proses-proses di atas, karena pembuatannya tidak saling berhubungan. Setelah semuanya, baru dibuat Operation Process Chart (OPC). Karena OPC memuat informasi tentang urutan-urutan proses pembuatan komponen yang terdapat pada LRP, dan juga daftar komponen dan urutan perakitan yang bisa didapat dari BOM, AC, dan PD.
Aktifitas dalam perusahaan diusahaan agar dapat terjadi kesinambungan maka perlu dokumentasi yangmemadai, oleh karena itu dokumentasi produksi perlu sekali dilakukan dalam program pengembangan produk. Adapun dokumentasi yang lazim dilakukan antara lain:
1. Gambar Perakitan (Assembly Drawing) yaitu pandangan produk yang dilepas masing-masing komponenya biasanya melalui gambar tiga dimensi atau isometris.
2. Diagram Perakitan (Assembly Chart) yaitu sebuah grafik sebagai jalan untuk menerangkan bagaimana komponen mengalir menjadi sub perakitan dan akhirnya menjadi produk jadi.
3. Lembar Rute (Route Sheet) yaitu merupakan daftar operasi yang dibutuhkan untuk memproduksi komponen dengan bahan yang dirinci dalam bill of material.
4. Perintah Kerja (Work Order) yaitu sebuah instruksi untuk membuat sejumlah kuantitas produk tertentu biasanya untuk jadwal tertentu.
5. Engineering Change Notices (ECN) yaitu sebuah perbaikan atau perubahan dari gambar teknik atau bill of material.
6. Manajemen Konfigurasi (Configuration Management) yaitu suatu system dimana sebuah produk direncanakan dan perubahan konfigurasi diidentifikasi secara akurat sementara pengendalian dan pertanggung jawaban suatu perubahan tetap terjaga.







BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
           
Metode penelitian adalah suatu cara kerja yang dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan aturan-aturan baku (sistem dan metode) dari masing-masing disiplin ilmu yang digunakan. penggunaan aturan-aturan yang sudah dibakukan dalam penelitian akan sangat membantu dalam pengorganisasian  informasi-informasi yang didapat dan dikelompokkan  pada masing-masing  kepentingan dari objek sasaran penelitian. Berikut flow chart dalam praktikum modul yang menggambarkan metodologi penelitian :






Oval: MULAI


 























Gambar 3.1
Flowchart Praktikum
Keterangan :
1.    Mempersiapkan bahan yang akan digunakan dalam praktikum,  seperti :
·                                   Sandal
·                                   Peralatan tulis menulis dan menggambar
·                                   Komputer dan Software
·                                   Modul
setiap anggota kelompok harus mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan seperti modul, peralatan tulis menulis Komputer, peralatan menggambar.
2.    Melakukan kajian pustaka
Setiap anggota kelompok melakukan kajian pustaka sebagai referensi pengolahan data dalam praktikum.
3.    Pengumpulan data
Pengumpulan data berupa data – data dalam menggambar sebuah produk sandal, OPC, ataupun AC dalam produk sandal.
4.    Pengolahan data
Pengolahan data dilakukan dengan menggambar baik secara menual ataupun dengan bantuan koputer. Pengolahan data berupa gambar Part Drawing, OPC, Assembly Chart ( AC ).
5.    Kesimpulan dan saran
Kesimpulan merupakan penarikan hal penting dalam praktikum modul1 dan merupakan hasil akhir dalam kegiatan pengolahan data. Saran sebagai acuan menyusunan laporan praktikum selanjutnya sehingga laporan menjadi lebih baik.














No comments:

Post a Comment